Love Story menghadirkan kisah cinta di antara kerasnya usaha membangun pendidikan di desa.
uhan menciptakan cinta bukan untuk merusak. Cinta sejatinya adalah anugerah dari Tuhan yang membawa kebaikan, bukan untuk ditakuti dan dipisahkan..." Dalam pelukan Rantih, Galih melontarkan kalimat itu.
Wajah pucat Galih itu menengadah, menatap wajah Rantih. Kalimat itu menjadi pengantar sebelum ajal menjemputnya, menemui Sang Khalik.
Galih meninggal setelah mewujudkan impian orang yang ia kasihi, Rantih Mimpi kecil Rantih yang ingin menjadi seorang guru. Galih mewujudkan mimpi itu dengan membangun sebuah sekolah di pinggir sungai.
Hati Galih digambarkan sekuat baja. Meski sakit tipus menghadangnya, ia tak mau menyerah menjalankan misinya untuk membangun sekolah seorang diri. Sekolah itu ia dirikan untuk melawan pikiran-pikiran kolot berselimut takhayul dari warga desa tempat Rantih terlahir.
Sebuah mitos yang telah;mendarah daging kalau dua desa terpisah sungai tak akan bisa mempertemukan Rantih dan Galih dalam mahligai pernikahan. Mengapa tak bisa bersatu? Karena mitos yang sudah sejak kakek buyut mereka lahir menyimpan keyakinan bahwa cinta dari dua desa yang terpisahkan sungai akan mengakibatkan bencana.-
Tapi, semua ini hanyalah sebuah cerita film semata Love Story. Film ini menjadi trilogi kisah cinta Acha Septriasa dan Irwansyah di dalam bingkai layar perak. Dua film sebe-lumnya adalah Heart (2006) dan Love Is Cinta (2007). .
Di film ini Acha memerankan tokoh Rantih, sedangkan Irwansyah memainkan karakter Galih. Acha dan Irwansyah semula adalah pasangan kekasih. Cinta keduanya telah terbelah. Kini, dalam kehidupan Irwansyah telah berstatus sebagai suami dari Zaskia Sungkar.
Walaupun punggung cerita ini mengisahkan tentang cinta ,Jfilm ini tetap memberikan nilai edukasi layaknya film Laskar Pelangi. Keduanya sama-sama menyelipkan bagaimana pendidikan - dalam arti pentingnya bersekolah - menjadi dasar utama idealisme ceritanya.
Di film ini, Rantih tergelitik hatinya untuk menjadi guru. Ia galau karena untuk menempuh pendidikan disekolah dasar, kakinya harus melangkah jauh ke desa seberang. Mimpi itu ia sampaikan dengan menunjukkan boneka kayu. Ia memperlihatkan boneka itu ke hadapan guru kelasnya.
Setelah Rantih memasuki masa remaja, tak dinyana, boneka itu kembali lagi ke tangannya. Bukan sang guru SD yang memberi. Tetapi, Ga-lihlah yang memberinya. Galih meminta boneka itu dari sang guru. Ia menyimpannya bertahun-tahun. Setelah kembali menempuh kuliah di kota, Galih kembali ke Rantih sambil memberikan boneka kayu tersebut. Sebuah rajutan cerita cinta pun mengalir.
Secara keseluruhan, film ini digarap cukup apik oleh Hanny R Saputra. Ia mampu menerjemahkan secara melankolis cerita yang ditulis oleh Armantono. Jika Anda menonton di bioskop, rasanya tak perlu malu untuk mengusap lelehan air mata. Wajar rasanya, karena film ini memang menjual drama cerita yang akan membuat air mata Anda mengalir.
Satu-satunya kekurangan pada film ini adalah kostum pemainnya. Kostum yang dikenakan oleh Galih dan Rantih masih terasa jauh dari kesan ndeso. Tapi, produser dari Star-vision, Chand Parvez Servia, mempunyai alasan sendiri.
"Kita sengaja memakaikan kostum seperti itu karena ingin membuat ceritanya tetap terasa up to date. Saat sekarang, cerita seperti ini masih ada di desa. Tetapi, kita memang secara sengaja tidak mau membuat penampilan mereka menjadi terasa kumal. Kita ingin mengontekstualkan ceritanya dengan generasi sekarang," kata Parvez.
Dalam film ini, Starvision tidak hanya menjual Acha dan Irwansyah, tetapi juga menghadirkan Reza Ra-hadian, pemeran utama pria terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 2010. Di film ini, Reza mampu menggali kemampuan seni perannya sebagai orang terbelakang atau idiot. Di film ini Reza tidak berbicara. Ia hanya meracau dalam menyampaikan beragam ekspresinya.
0 komentar:
Posting Komentar